Google
 

Selasa, 16 Januari 2007

Banjir Jakarta Punya Siklus Lima Tahunan?

Ketika BMG berulang kali menyatakan bahwa banjir tidak mempunyai siklus lima tahunan, para pejabat dan media tetap saja mengumbar istilah itu. Coba kita tengok faktanya:

1996: 90an titik genangan

6-9 Januari 1996, Jakarta terendam setelah hujan dua hari.
Sebulan kemudian, 9-13 Februari 1996, tiga hari hujan lebat dengan curah lima kali lipat di atas normal, merendam Jakarta
setinggi 7 m. melimpas tanggul sepanjang 2,5 km. 529 rumah hanyut, 398 rusak. Korban 20 jiwa, 30.000 pengungsi. Nilai kerusakan 435 juta dollar. [sumber: Satkorlak PBP DKI dan Dartmouth Flood Observatory]

2002: 159 titik genangan

Curah hujan besar bersiklus 350 tahun mengguyur hampir seluruh Indonesia.
15-26 Januari 2002, Kapuk, Kebon Bawang dan jalan toll bandara terendam karena waduk jebol.
29 Januari-15 Februari 2002, 40.000 rumah terendam setinggi 3-9 meter karena hujan dan pasang laut. 380.00 pengungsi, korban 75 jiwa.
22 Februari 2002, hujan lagi. 15.000 rumah terendam lagi. [berbagai sumber]

2005 : 72 genangan

Sejak 18 Januari hingga 7 Maret 2005, ribuan rumah bolak-balik terendam. Di kawasan Kampung Melayu dan Bukit Duri ada yang mengaku sampai 7 kali mengungsi.

Kadang-kadang kita sering menyederhanakan istilah, mengabaikan pesan-pesan para pakar, tak menyadari bahwa hal itu merupakan salah satu bentuk pembodohan masyarakat.[]

Tidak ada komentar: